Pendidikan
kejuruan
Pendidikan
kejuruan dapat diartikan dari berbagai segi. Bila seseorang belajar cara
bekerja, maka orang tersebut mendapatkan pendidikan kejuruan. Byram &
Wenrich (1956: 50) menyatakan bahwa dari sudut pandang sekolah, pendidikan
kejuruan mengajarkan orang cara bekerja secara efektif. Dengan
demikian, pendidikan kejuruan berlangsung apabila individu atau sejumlah
individu mendapatkan informasi, pemahaman, kemampuan, keterampilan, apresiasi,
minat dan/atau sikap, yang memungkinkan dia untuk memulai atau melanjutkan
suatu aktivitas yang produktif.
Menurut
Evans (dalam Muliaty, 2007: 7) pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem
pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu
kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan
lain. Sebelumnya, Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan
adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan
kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai
latihan keterampilan. Lebih lanjut, Djohar (2007:1285) mengemukakan bahwa
pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu
peserta didik menjadi tenaga kerja profesional dan siap untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Karakteristik
pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-1297) adalah sebagai berikut:
- Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja. Oleh karena itu orientasi pendidikan kejuruan tersebut mengarah pada lulusan yang dapat dipasarkan di dunia kerja.
- Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata tenaga kerja di dunia usaha dan industri.
- Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan kejuruan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diterapkan baik pada situasi simulasi kerja melalui proses belajar mengajar, maupun situasi kerja yang nyata dan sebenarnya.
- Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (in-school success), dan keberhasilan siswa di luar sekolah (out-of school success. Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler, sedangkan kriteria kedua ditunjukkan oleh keberhasilan atau kinerja lulusan setelah berada di dunia kerja yang nyata dan sebenarnya.
- Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan/daya suai (responsiveness) terhadap perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu pendidikan kejuruan harus dapat responsif dan proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan menekankan pada upaya adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir anak didik dalam jangka panjang.
- Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan utama dalam pendidikan kejuruan, untuk dapat mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif.
- Hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industri merupakan suatu keharusan, seiring dengan tingginya tuntutan relevansi program pendidikan kejuruan dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Pendidikan
kejuruan dapat diartikan dari berbagai segi. Bila seseorang belajar cara
bekerja, maka orang tersebut mendapatkan pendidikan kejuruan. Byram &
Wenrich (1956: 50) menyatakan bahwa dari sudut pandang sekolah, pendidikan
kejuruan mengajarkan orang cara bekerja secara efektif. Dengan
demikian, pendidikan kejuruan berlangsung apabila individu atau sejumlah
individu mendapatkan informasi, pemahaman, kemampuan, keterampilan, apresiasi, minat
dan/atau sikap, yang memungkinkan dia untuk memulai atau melanjutkan suatu
aktivitas yang produktif.
Menurut
Evans (dalam Muliaty, 2007: 7) pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem
pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu
kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan
lain. Sebelumnya, Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan
adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan
kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai
latihan keterampilan. Lebih lanjut, Djohar (2007:1285) mengemukakan bahwa
pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu
peserta didik menjadi tenaga kerja profesional dan siap untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Karakteristik
pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-1297) adalah sebagai berikut:
- Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja. Oleh karena itu orientasi pendidikan kejuruan tersebut mengarah pada lulusan yang dapat dipasarkan di dunia kerja.
- Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata tenaga kerja di dunia usaha dan industri.
- Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan kejuruan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diterapkan baik pada situasi simulasi kerja melalui proses belajar mengajar, maupun situasi kerja yang nyata dan sebenarnya.
- Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (in-school success), dan keberhasilan siswa di luar sekolah (out-of school success. Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler, sedangkan kriteria kedua ditunjukkan oleh keberhasilan atau kinerja lulusan setelah berada di dunia kerja yang nyata dan sebenarnya.
- Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan/daya suai (responsiveness) terhadap perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu pendidikan kejuruan harus dapat responsif dan proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan menekankan pada upaya adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir anak didik dalam jangka panjang.
- Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan utama dalam pendidikan kejuruan, untuk dapat mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif.
- Hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industri merupakan suatu keharusan, seiring dengan tingginya tuntutan relevansi program pendidikan kejuruan dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Jenis Pendidikan Kejuruan di Indonesia
Jenis pendidikan kejuruan di Indonesia dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK
sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Terdapat
berbagai program keahlian dalam sekolah menengah kejuruan (SMK)
seperti Penerbangan, Perkapalan, Tata Boga (Memasak), Tata Rias (Kecantikan), Tata Busana (Desain Baju), Akutansi, Administrasi, Perkantoran, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, Desain Grafis, Rancang Bangunan, Perhotelan, Keperawatan, Apoteker, Pendingin, Pengolah Suara, Elektronik, Pertanian, Perikanan, Seni, Bioteknologi, Perkantoran, Pengolahan Kayu, Olahraga, teknik, dan arsitektur.
2. Madrasah aliyah kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai
lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari
hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.
Kelebihan dan Kekurangan Sekolah Kejuruan
1. Kelebihan Sekolah Kejuruan
a. Bisa langsung bekerja dan
bahkan bisa kerja sambil kuliah
b. Bakat bisa
dikembangkan secara optimal esuai
dengan bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka memenuhi kebutuhan/kesempatan
kerja yang sedang dan akan berkembang pada daerah tersebut.
c. Lulusan SMK merupakan tenaga
terdidik, terlatih, dan terampil.
d. Mampu mengikuti pendidikan lanjutan
dan atau menyesuaikan dengan perubahan teknologi.
e. Berdampak sebagai pendukung
pertumbuhan industri (kecil atau besar).
f. Mengurangi angka pengangguran dan
kriminalitas.
g. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
negara melalui pajak penghasilan dan pertambahan nilai.
2. Kekurangan Sekolah Kejuruan
a. Pelajarannya kurang detail dan tidak
bervariatif
b. Pelajaran yang diajarkan hanya
mengarah pada
jurusan tertentu
c. Sekolah
kejuruan yang berbentuk yayasan/swasta akan mempengaruhi pendanaan dan
administrasi sekolah sehingga sarana dan prasarananya kurang memadai.
d. Sekolah
kejuruan yang mempunyai program, akan tetapi program tersebut kurang diminati oleh
masyarakat karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat terkini.
Sumber
http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/pendidikan-kejuruan.html
di akses pada tanggal 5 november 2015 pukul 19:27
https://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/pengertian-pendidikan-kejuruan/
di akses pada tanggal 5 november 2015 pukul 21:11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar