Rabu, 03 September 2014

tugas 2 intermedia



Intermedia
(mata kuliah teori dan praktek)
Oleh Herman Susanto

          Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan. Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.
         Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, mahasiswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, mahasiswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi.
         Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, mahasiswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan, dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk, mahasiswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat pribadi.
        Berbicara tentang media, banyak media alternatif yang dapat digunakan selain media yang sudah biasa digunakan. Hal tersebut kerap dilakukan oleh para seniman, media baru atau intermedia adalah sebutan dari karya-karya tersebut. Intermedia menjadi sangat popular saat ini bahkan ada universitas yang memiliki jurusan Seni Rupa yang memilih Itermedia sebagai salah satu mata kuliah yang diajarkan kepada mahasiswanya. Universitas Pendidikan Ganesha misalnya. Intermedia diajarkan agar mahasiswa menjadi kreaif dan jeli melihan kesempatan dari sisi yang tak biasa. Selain tuntutan hasil karya yang indah mahasiswa juga dituntut agar karyanya memiliki nilai-nilai yang dapat dipertanggung jawabkan kenapa karya tersebut perlu dan bahkan harus ada. Nah, hal ini membutikan bahwa intermedia merupakan mata kuliah teori dan praktik.
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan. Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.
hal itu juga berlaku bagi seni rupa tentunya dalam membuat karya. Penjelasan tentang terciptanya karya dari ide pemikiran seniman menjadi sangat penting bagi nyawa karya itu sendiri.
Praktik adalah pelaksanaan secara nyata apa yg disebut dari teori. Dalam seni rupa, akan menjadi omong kosong apabila teori tidak diikuti dengan praktik secara langsung guna membuat atau merealisasikan ide pemikiran kita dalam bentuk karya. Ide dan karya cipta seni bagi seorang perupa(seniman) berfungsi untuk pemanasan emosional atau lebih mementingkan berekpresi. Didalam sen rupa modern, seorang seniman dituntut mampu melengkapi diri dengan pengalaman estetik (nilai keindahan) dan artistic (nilai seni) secara mendalam; mampu mengapresiasi karya seni dengan baik; mampu mengorganisasikan rangsangan dan tanggapan yang diterima dan mampu mengekpresikan dalam suatu bentuk seni rupa.

Berikut foto tentang karya Chris Gilmour seniman asal ingris yang memanfaatkan kerdus bekas jadi karya seni rupa media baru.






Untuk mewujudkannya seniman juga dituntut untuk berkounikasi visual melalui karyanya. Pada hakekatnya  komunikasi visual adalah menyampaikan suatu pesan visual dari sipenyampai pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) melalui media visual. Apa yang disampaikan secara visual akan diterima secara visual leh penerima pesan tersebut. Harapa dari penyampaian pesan ini adalah pokok pikiran yang diterima oleh penerima pesan sama dengan pokok pikiran penyampai pesan.
Dengan menguasai visual dalam kerya mahasiswa sudah memiliki suatu alat untuk menarik penikmat melalui karyanya. Namun lagi-lagi tidak sebatas karya, sebagai calon guru mahasiswa seni rupa juga dituntut menguasai teorinya juga, guna menularkan apa yang dipahaminya kepada peserta didik nantinya.


Daftar pustaka

Kartono, Ario. Dkk. 2007. Kreasi Seni Budaya. Ganeca Exact: Jakarta

Tim Penulis Program Studi Desain Vomunikasi Visual  FSR ISI Yogyakarta dan Studio Diskom. 2009. Irama Visual: Dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual. Jalasutra, Yogyakarta.

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.chrisgilmour.com%2Fcache%2Fzoom_13.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fwww.chrisgilmour.com%2Fen.opere.html&h=414&w=700&tbnid=QWWpWoHzM2BbrM%3A&zoom=1&docid=ydsXl5RTG4dQmM&hl=id&ei=GNYHVO7JF4i0uATsm4GwCQ&tbm=isch&ved=0CBoQMygAMAA&iact=rc&uact=3&dur=593&page=1&start=0&ndsp=15 






Senin, 01 September 2014

tugas 1 intermedia



INTERMEDIA
Oleh: HERMAN SUSANTO






Intermedia adalah suatu cabang seni rupa yang lebih dikenal sebagai media baru di Isndonesia. Media baru, secara arti kata media berarti bahan atau alat yang digunakan dalam berkarya. Baru berarti sesuatu hal yang tak biasa dan beda. Artinya, media baru merupakan suatu cabang seni rupa yang menggunakan alat dan bahan yang tak biasa dan beda(baru). Secara umum media baru dipahami sebagai media online, internet, atau perangkat terkini untuk sarana komunikasi dan penyebarluasan informasi. Namun pengertian media baru yang sebenarnya masih menjadi perbincangan dan bisa berubah setiap saat. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan seni media baru adalah perkembangan seni rupa, namun ini bisa saja menjadi salah karena faktanya media baru bukanlah seni rupa meskipun ia adalah seni yang lahir dari perkembangan budaya ‘visual’ dari teknologi informasi (TI) dan media (TM) dimana elemen interaktifitas, virtualitas dan imaterialitas juga penting. Seni media baru terbentuk dari persilangan (hibrida) pelbagai galur. Tidak bisa dimungkiri wacana seni rupa seperti seni konseptual dan gerakan interdisipliner Fluxus di tahun 1960-an sempat mewarnai perjalanan seni media baru – khususnya video generasi pertama. Tetapi kemudian ia meniti jalannya sendiri sejak galur teknologi digital memasuki sejarah perkembangannya. “Apanya yang baru?”, “Hanya berbeda media saja” adalah dua contoh kesangsian yang sering muncul dalam perbincangan media baru. Ini wajar dalam sebuah pergulatan perkembangan yang dinamis, keabsahannya selalu diuji. Namun perlu juga diingat bahwa teknologi media baru merupakan perkembangan dari teknologi medium yang sebelumnya. Semisal teknologi film merupakan perkembangan dari teknologi fotografi, atau perkembangan komputer dan lain sebagainya. Pada tataran konseptual dan filosofis tentu saja kita masih bisa menarik garis lurus kesamaan antara sebuah bidang lukisan dengan layar komputer, dalam pengertian bahwa keduanya bisa menghasilkan ‘ruang maya yang lain’: Sebuah ‘dunia’ tiga dimensional lain yang dibatasai oleh suatu bidang dan hadir dalam situasi ruang sehari-hari. Dalam tataran itu, perbedaan antara seni media dan seni media baru memang menjadi tidak terlalu penting untuk dipersoalkan.

Dalam karya tulis ini saya ingin berbicara tentang media baru dalam khidupan senirupa. Media baru yang secara umum identic dengan teknologi seperti internet. Dalam seni rupa hal itu juga berlaku misalnya dalam salah satu cabang seni rupa DKV. Pemanfaatan teknologi dalam menghasilkan seni rupa turut mewarnai defininisi media baru yang sedang berkembang. DKV (desain komunikasi visual) menempatkan seni sebagai keunikan sekaligus kekuatan khas yang dapat mendatangkan nilai-nilai pengalaman tersendiri (misalnya: unik, nyaman, mengejutkan dan sebagainya) bagi khalayak dan penikmatnya. Ia hadir dalam satu paket layanan fungsional komunikasi, untuk produk maupun jasa. Melukis pada umumnya dilakukan di kanvas menggunakan cat dan kuas. Namun dengan DKV, melukis sudah bisa dilakukan tanpa alat dan bahan yang dikatakan tadi. Hal ini yang disebut media baru dalam senirupa. Menghadirkan suatu jalan lain atau media lain untuk menghasilkan karya seni rupa.





Melukis cahaya menggunakan kamera canon 600D


Melukis binatang sederhana menggunakan aplikasi 3Dmax



Media baru dalam seni rupa tidak hanya sebatas bermain-main dengan tenologi karya-karya tiga dimensi juga kerap mewarnai perkembangan media baru seni rupa. Penggunaan media yang tak biasa dalam suatu karya juga bisa dikatakan sebagai media baru, karena sejatinya media baru berdefinisikan sebagai pembaharuan atau penggunaan bahan dan alat yang tak biasa gunakan dalam berkarya. 


foto kamera canon 600D di pameran personalitas dalam komunitas (seni rupa perupa asal tabanan)
foto diatas terlihat sebuah karya patung yang dibuat dari behas-bekas gelas minuman teh kemasan.

Saat ini media baru sangat diminati  oleh seniman dan para penikmat seni. Hal ini juga akan menimbulkan kritikan dari berbagai kalangan (kritik seni).Walaupun dalam hal-hal tertentu terdapat perbedaan pendapat di kalangan para pakar, namun pada dasarnya ada kesatuan pandanagan bahwa dengan kritik seni bertujuan untuk mengevaluasi seni, apresiasi seni dan pengembangan seni ketahap lebih kreatif dan inovatif. Perannya memperkenalkan tokoh baru, saat lain memperkenalkan karakteristik seni baru. Kebangkitan seni rupa modern, misalnya suka dipisahkan dari aktivitas kritik seperti halnya media baru. Hal ini sama halnya dengan  konsepsi pluralisme interpretasi seni yang menjadi basis gerakan seni kontemporer.


Daftar pustaka

Tim Penulis Program Studi Desain Komunikasi Visual  FSR ISI Yogyakarta dan Studio Diskom. 2009. Irama Visual: Dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual. Jalasutra, Yogyakarta.

Sem C. Bangun. 2000. Kritik Seni Rupa. ITB: Bandung


http://www.thewindowofyogyakarta.com/mtjendela_dtl.php?par=MjM=&id=MTM5&orig=Y29udGVudC5waHA/a2F0PW10amU=
 


http://www.intermediamfa.org/wp/about-us/introduction-2/