Oleh Herman Susanto
Analisis Gambar Anak Jalanan (Pelabuhan Buleleng, Singaraja)
Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan psikologi
perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek-aspek perkembangan individu
yang berada pada tahap usia sekolah. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal
kemampuan fitrahnya.
Dalam mata kuliah perkembangan peserta didik di Jurusan
Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali, selain
membahas perkembangan peserta didik secara pengetahuan umum, pembelajaran juga
membahas tentang perkembangan anak dari sisi seni rupanya. Pada tanggal 29
september 2015 Drs. Jajang Suryana M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah
perkembangan peserta didik memberi tugas kepada mahasiswa untuk
mempresentasikan hasil gambar anak-anak pada rentang usia pra sekolah sampai
SMA.
Berikut beberapa gambar yang saya
temukan di pelabuhan buleleng singaraja yang saya bahas dalam presentasi.
Karya Adi (11 tahun)
Karya Muhammad zacki Satriawan
(12 tahun)
Karya Darui Pratama (usia
11tahun)
Karya Muhammad Izhar (usia 10
tahun)
Karya Rizal (usia 13 tahun)
Karya Deni Ardiansyah (usia 14 tahun)
Dalam proses pengumpulan gambar
saya menyediakan kertas dan beberapa bahan pewarna seperti pensil warna dan
krayon. Membuat anak-anak yang sedang bermain untuk mau menggambar merupakan
hal yang susah. Saya menggunakan metode menarik perhatian mereka dahulu sebelum
meminta mereka menggambar. Awalnya saya menggambar sendiri disekitar mereka
yang sedang bermain, lama kelamaan mereka merasa penasaran tentang apa yang
saya kerjakan dan mulai menghampiri saya. Perbincangan terjadi antara saya
bersama anak-anak, dari sana saya memancing mereka untuk mau menggambar
menemani saya.
Antusias mereka sangat besar, beberapa dari
mereka menggambar lebih dari satu gambar. Dalam proses menggambar banyak
pertanyaan yang mereka ajukan kepada saya, berikut beberapa pertanyaan yang selalu
keluar dari masing-masing anak.
-
Mau gambar apa?
-
Ini warnanya bagaimana?
-
Boleh apa tidak menggunakan warna ini?
Menanggapi pertanyaan mereka saya
menyarankan untuk menggambar apa yang mereka suka dan mereka alami dalam hidup
mereka masing-masing. Saya tidak membatasi waktu dan apa pun yang mau mereka
gambar dengan warna apa pun juga. hasilnya Hampir semua dari gambar yang mereka
buat merupakan gambar graffiti. Hal ini tentu membuat saya penasaran ketika
saya tanya mereka mengaku suka dan menganggap grafity itu keren sehingga mereka
memilih menggambarkan hal tersebut. Dari pengalaman secara langsung ini saya
sadar bahwa memang benar pengaruh lingkungan sekitar menjadi factor utama dalam
berkarya.
Namun dalam kasus ini saya rasa
lingkungan mereka terlalu mengistimewakan budaya asing (grafity) yang masuk
kedalam kehidupan mereka sehingga secara tidak langsung anak-anak juga
terpengaruh yentang budaya tersebut dan pastinya budaya local sekitar menjadi
terkikis dan bahkan punah seiring perkembangannya waktu, terlihat dari karya
yang anak-anak buat, sudah tidak ada lagi yang menggambar tentang budaya local
sekitar seperti ornament motif ragam hias bali yang mencirikan pulau bali atau
pun yang menggambarkan berbagai aktivitas penduduk disekitar pelabuhan beleleng
singaraja- bali, hal ini terjadi karena pola pikir anak-anak sudah tersugesti
oleh lingkungan itu sendiri tentang budaya asing yang baru masuk dan baru
mereka kenal itu jauh lebih keren dari pada kebudayaan local yang kita miliki
sendiri.
Semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua.
Catatan
Semua foto merupakan dokumen
pribadi menggunakan kamera canon EOS 600D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar