KAJIAN
SENI RUPA
Oleh Herman
Susanto
Menurut saya seni merupakan sesuatu hal yang kompleks
didalam segala aktivitas kehidupan
manusia yang berasal dari rasa, dan seni juga dapat menjadi media untuk berkomunikasi kepada
semua orang. Sedangkan karya seni itu sendiri merupakan hasil aktivitas batin yang dituangkan dalam
bentuk karya atau sesuatu yang dapat membangkitkan perasaan orang lain.
Dari karya-karya yang dihasilkan terlahirlah pengelompokan tentang karya seni
dan salah satunya adalah Seni Rupa. Karya-karya seni rupa memang menjadi hal
yang hampir ada disetiap aktivitas hari-hari manusia. Dari
anak anak sampai orang tua.
hal ini sesuai dengan pendapat Jajang suryana dalam artikelnya yang mengatakan “Karya seni rupa menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua sisi kehidupan manusia. Sejak manusia bangun tidur untuk memulai kegiatan hidup hariannya, barang-barang hasil olah rupa telah menjadi bagian keperluan hidupnya. Ketika manusia berkegiatan, rehat dari kegiatan, atau bahkan ketika manusia betul-betul istirahat total dari hampir seluruh kegiatannya, manusia tetap berinteraksi dengan berbagai hasil olah rupa. Semua benda hasil olah rupa sengaja ditata untuk menyenangkan mata, untuk kenikmatan penggunaan, untuk kebanggaan prestise, untuk kegiatan pengabdian kemanusiaan, atau bahkan untuk pengabdian kehambaan manusia kepada Tuhannya.”
dalam pernyataan ini juga menyinggung tentang hubugan seni dengan sang pencipta. Sebagai mahasiswa Seni Rupa tentu saya merasa tertarik dengan teori semacam ini. Ada beberapa hal dalam seni yang saya alami sendiri bahwa seni itu memang erat kaitannya dengan pengabdian kita terhadap sang pencipta. Saat membuat karya lukis, saya dituntut mencari suatu objek yang indah dan memiliki arti tersendiri knapa saya memilih untuk melukis objek tersebut. Lagi-lagi rasa dan logika yang bermain dalam menemukan ide dan memilih suatu objek tersebut. Sedangkan rasa dan ide itu bukan kuasa manusia untuk menghadirkannya. Tuhan memberi intuisinya melalui informasi bentuk-bentuk dan warna-warna yang telah saya dapat, dan itu semua saya yakin saling berkaitan dan tidak kebetulan semata. Setelah saya menemukan objek, saya berusaha membuat lukisan saya terlihat persis seperti yang terlihat pada objeknya (realis) sampai sedetail mungkin. Pencarian proporsi bentuk, warna, detail, gelap dan terang dalam lukisan itu yang harus saya taklukan, dalam proses inilah saya mengalami dan melihat secara langsung betapa tuhan maha besar dan maha-maha segalanya. Ia mencipta ciptaannya dengan sangat detail, sangat rapi, sangat indah, sangat lues dan sangat-sangat yang lainnya yang mungkin tidak bisa saya ungkap dengan kata yang sangat terbatas ini. Hal ini sangat membuat batin saya bergetar, pengakuan jiwa saya akan sang pencipta saya rasakan semakin nyata dan besar. Rasa syukur, kagum, dan mengagungkan kebesaran tuhan atas segala sesuatu semakin saya kerjakan dengan tingkat kualitas yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini menyadarkan saya kalau seni memang erat kaitannya dengan sang pencipta.
hal ini juga searah dengan penjelasan bapak Jajang suryana yang memaparkan kaitan seni dengan sang pencipta , bahwa “Hasil olah pikir manusia yang dimotori aneka kebutuhan jasmaniah maupun ruhaniah, dalam bentuk benda-benda budaya fisik, pada setiap periode kehidupan manusia terus bertambah jenis dan bentuknya. Manusia diberi kesanggupan oleh Allah untuk bisa merespon kondisi alam lingkungannya. Sumber ide yang telah ditebar oleh Allah di alam, bebas diakses oleh siapa saja yang aktif melakukan pencarian. Oleh karena itu, seorang anak sekalipun, ketika aktif melakukan olah pikir dan rasa merespon kebutuhan lingkungannya, akan bisa mendapatkan akses penuh gudang inspirasi yang telah disediakan oleh Allah.”. jadi, Allah memang sudah mempersiapkan segala sesuatunya bagi manusia, tinggal manusia itu sendiri mau memanfaatkan seperti apa karunia telah yang allah berikan.
hal ini sesuai dengan pendapat Jajang suryana dalam artikelnya yang mengatakan “Karya seni rupa menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua sisi kehidupan manusia. Sejak manusia bangun tidur untuk memulai kegiatan hidup hariannya, barang-barang hasil olah rupa telah menjadi bagian keperluan hidupnya. Ketika manusia berkegiatan, rehat dari kegiatan, atau bahkan ketika manusia betul-betul istirahat total dari hampir seluruh kegiatannya, manusia tetap berinteraksi dengan berbagai hasil olah rupa. Semua benda hasil olah rupa sengaja ditata untuk menyenangkan mata, untuk kenikmatan penggunaan, untuk kebanggaan prestise, untuk kegiatan pengabdian kemanusiaan, atau bahkan untuk pengabdian kehambaan manusia kepada Tuhannya.”
dalam pernyataan ini juga menyinggung tentang hubugan seni dengan sang pencipta. Sebagai mahasiswa Seni Rupa tentu saya merasa tertarik dengan teori semacam ini. Ada beberapa hal dalam seni yang saya alami sendiri bahwa seni itu memang erat kaitannya dengan pengabdian kita terhadap sang pencipta. Saat membuat karya lukis, saya dituntut mencari suatu objek yang indah dan memiliki arti tersendiri knapa saya memilih untuk melukis objek tersebut. Lagi-lagi rasa dan logika yang bermain dalam menemukan ide dan memilih suatu objek tersebut. Sedangkan rasa dan ide itu bukan kuasa manusia untuk menghadirkannya. Tuhan memberi intuisinya melalui informasi bentuk-bentuk dan warna-warna yang telah saya dapat, dan itu semua saya yakin saling berkaitan dan tidak kebetulan semata. Setelah saya menemukan objek, saya berusaha membuat lukisan saya terlihat persis seperti yang terlihat pada objeknya (realis) sampai sedetail mungkin. Pencarian proporsi bentuk, warna, detail, gelap dan terang dalam lukisan itu yang harus saya taklukan, dalam proses inilah saya mengalami dan melihat secara langsung betapa tuhan maha besar dan maha-maha segalanya. Ia mencipta ciptaannya dengan sangat detail, sangat rapi, sangat indah, sangat lues dan sangat-sangat yang lainnya yang mungkin tidak bisa saya ungkap dengan kata yang sangat terbatas ini. Hal ini sangat membuat batin saya bergetar, pengakuan jiwa saya akan sang pencipta saya rasakan semakin nyata dan besar. Rasa syukur, kagum, dan mengagungkan kebesaran tuhan atas segala sesuatu semakin saya kerjakan dengan tingkat kualitas yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini menyadarkan saya kalau seni memang erat kaitannya dengan sang pencipta.
hal ini juga searah dengan penjelasan bapak Jajang suryana yang memaparkan kaitan seni dengan sang pencipta , bahwa “Hasil olah pikir manusia yang dimotori aneka kebutuhan jasmaniah maupun ruhaniah, dalam bentuk benda-benda budaya fisik, pada setiap periode kehidupan manusia terus bertambah jenis dan bentuknya. Manusia diberi kesanggupan oleh Allah untuk bisa merespon kondisi alam lingkungannya. Sumber ide yang telah ditebar oleh Allah di alam, bebas diakses oleh siapa saja yang aktif melakukan pencarian. Oleh karena itu, seorang anak sekalipun, ketika aktif melakukan olah pikir dan rasa merespon kebutuhan lingkungannya, akan bisa mendapatkan akses penuh gudang inspirasi yang telah disediakan oleh Allah.”. jadi, Allah memang sudah mempersiapkan segala sesuatunya bagi manusia, tinggal manusia itu sendiri mau memanfaatkan seperti apa karunia telah yang allah berikan.
Berbicara
tentang karuniah Allah tentang Seni atau
Seni Rupa kususnya, memang akan menimbulkan banyak pertanyaan apabila
disigapi dengan logika saja. Namun hal itu akan masuk akal apabila logika dan
nurani dipadukan dalam menyigapi hal tersebut. Suatu contoh dari pendapat bapak Jajang Suryana
“TANPA SEKOLAH
Orang tua-tua yang hidup pada zaman dahulu, yang aktif dan tanggap terhadap keberadaan lingkungannya, mereka bisa menggubah banyak benda kebutuhan mereka. Hasilnya sangat mencengangkan. Tanpa sekolah, mereka bisa membangun rumah adat yang megah, jembatan, bendungan, atau bahkan benda-benda kecil yang berfungsi sekadar pengisi waktu luang, untuk hiburan. Mereka bahkan bisa meramu aneka kegiatan maupun hasil kegiatan menjadi sesuatu yang sarat dengan simbolisasi tertentu. Keaktifan pikir dan rasa tetap menjadi kunci keberhasilan kegiatan mereka. Dan, Allah selalu menghargai berbagai aktifitas mahlukNya.
“TANPA SEKOLAH
Orang tua-tua yang hidup pada zaman dahulu, yang aktif dan tanggap terhadap keberadaan lingkungannya, mereka bisa menggubah banyak benda kebutuhan mereka. Hasilnya sangat mencengangkan. Tanpa sekolah, mereka bisa membangun rumah adat yang megah, jembatan, bendungan, atau bahkan benda-benda kecil yang berfungsi sekadar pengisi waktu luang, untuk hiburan. Mereka bahkan bisa meramu aneka kegiatan maupun hasil kegiatan menjadi sesuatu yang sarat dengan simbolisasi tertentu. Keaktifan pikir dan rasa tetap menjadi kunci keberhasilan kegiatan mereka. Dan, Allah selalu menghargai berbagai aktifitas mahlukNya.
Inspirasi batik (teknik, motif, dan
makna), bentuk wayang (berbagai media dan cerita digunakan), perabot rumah
tangga (berbagai bahan alami yang menyehatkan tubuh digunakan sebagai bahan
dasarnya), benda-benda upacara, benda hiburan, benda ekonomis, semua didapatkan
ditemukan oleh mereka yang tidak pernah berhenti melakukan pencarian. Proses
kreasi, dalam kondisi dan lingkungan manapun, sama jalurnya”.
Dari contoh diatas, apabila kita pikir-pikir memang benar
adanya. Orang-orang zaman dulu tidak ada yang mengajari membuat rumah, pakaian,
barang seni, bahkan istana-istana dan candi prambanan dan Borobudur yang
fenomenal samapai saat ini. Tapi mereka mampu membuat karya seni yang mega dan
bernilai seni tinggi dengan tanpa pendidikan secara formal menenai seni rupa.
Hal ini terjadi, tidak mungkin tanpa penyebab. Pasti ada sesuatu yang besar
dalam diri manusia yang tertanam sejak ia lahir ini yang maksud karuniah tuhan
kepada manusia tentang rasa dan seni.
meskipun diukur dan diamati dari orang biasa tetap saja seni menempati kedudukannya sebagai sifat dasar yang diciptakan oleh tuhan untuk manusia. Suatu contoh yang pasti terjadi pada setiap orang, saat seseorang hendak membeli barang atau apapun ditoko pasti yang pertama orang lakukan yaitu mencari model, warna,corak, dan bentuk yang menarik. Itu termasuk sifat seni yang sudah menjadi insting bagi setiap orang. Saat orang menentukan gaya rambut atau cara berpakaian juga merupakan kegiatan kesenirupaan, hanya saja kebanyakan mereka menyebutnya dengan sebutan selera atau fasion.
meskipun diukur dan diamati dari orang biasa tetap saja seni menempati kedudukannya sebagai sifat dasar yang diciptakan oleh tuhan untuk manusia. Suatu contoh yang pasti terjadi pada setiap orang, saat seseorang hendak membeli barang atau apapun ditoko pasti yang pertama orang lakukan yaitu mencari model, warna,corak, dan bentuk yang menarik. Itu termasuk sifat seni yang sudah menjadi insting bagi setiap orang. Saat orang menentukan gaya rambut atau cara berpakaian juga merupakan kegiatan kesenirupaan, hanya saja kebanyakan mereka menyebutnya dengan sebutan selera atau fasion.
Kembali
kepembahasan diatas tentang karya senirupa yang dihasilkan masyarakat zaman
dahulu diindonesia masih sangat kurang dalam hal perawatandan pemeliharaan.
Padahal itu merupakan aset yang sangat berharga bagi Negara
foto canon 600D
foto Jajang Suryana
Foto Jajang Suryana
Foto Jajang Suryana
foto Jajang Suryana
Foto Jajang Suryana
foto Jajang Suryana
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib9lOaAUnQ-O-hkf2ilNEcwQC9SVsmaClNcq0oOeM1xKDafdsoOtuKRl9U22tu4ORzRveBt1itL9menV5t5dOvLuogQ_LbWRVeWgcFR5gzky6HvH6bk7skz_eMhSo7NtZnuToq2kgDL0Y/s1600/Gambar+Petruk.jpg
http://fotowisata.com/wp-content/uploads/2013/12/candi-prambanan-didirikan-oleh-raja.jpg
Berikut pendapat bapak Jajang suyana tentang kondisi
msyarakan Indonesia, bahwa;
“Pencarian data tentang benda-benda budaya fisik, benda seni rupa, bisa ditelusuri dari beragam zaman dan keberadaan manusia. Masih banyak karya peninggalan masa lalu yang bisa dikaji sebagai bahan penelitian. Kubur batu, bangunan tempat ibadat, bangunan tempat tinggal, perabot rumah tangga, alat transportasi, alat-alat hiburan, dan begitu banyak jenis benda seni rupa yang sangat menarik, bisa dikaji dari berbagai sudut pendekatan kajian. Mungkin dari sisi desain, estetika, penggunaan bahan, fungsi, bentuk, nilai yang dikandung, atau sekadar keberadaannya.
“Pencarian data tentang benda-benda budaya fisik, benda seni rupa, bisa ditelusuri dari beragam zaman dan keberadaan manusia. Masih banyak karya peninggalan masa lalu yang bisa dikaji sebagai bahan penelitian. Kubur batu, bangunan tempat ibadat, bangunan tempat tinggal, perabot rumah tangga, alat transportasi, alat-alat hiburan, dan begitu banyak jenis benda seni rupa yang sangat menarik, bisa dikaji dari berbagai sudut pendekatan kajian. Mungkin dari sisi desain, estetika, penggunaan bahan, fungsi, bentuk, nilai yang dikandung, atau sekadar keberadaannya.
Banyak orang yang mulai tidak memiliki rasa penghargaan atas
prestasi hidup masyarakatnya. Benda-benda karya masyarakat dibiarkan tanpa
pemeliharaan. Bahkan banyak benda kesejarahan yang penting diganti,
dipindahkan, dijual, bahkan dihancurkan demi memenuhi kebutuhan masa kini yang
--kadang-kadang-- kurang memberi manfaat besar bagi masyarakat sekitar.
Minimal, upaya pendokumentasian perlu segera dilakukan. Melalui
penelitian-penelitian, pencatatan benda-benda prestasi hidup masyarakat bisa
ditata sebagai database hasil budaya masyarakat, yang bisa dijadikan sebagai
bahan pembelajaran penghargaan bagi generasi pelanjut.”
Memang seharusnya kita sebagai
penerus bangsa ini melakukan suatu perubahan atas perlakuan kita terhadap karya
senirupa peninggalan leluhur atau karya-karya orang yang mungkin tidak terlalu
dikenal oleh masyarakat, kepedulian kita atas karya seni Rupa tersebut akan sangat
bermanfaat bagi kita dan bangsa kita kedepannya. Mulailah dari sekarang untuk
menjadikan diri kita sendiri peduli dan menghargai karya seni rupa. Tularkan
kebiasaan itu pada orang-orang disekitar kita tentang arti dari seni yang
sejati itu(karunia tuhan) dan mungkin hal ini juga akan menjadi alternative
bagi kita untuk lebih bisa memecahkan arti hidup yang sesungguhnya. Karena
bukan tidak mungkin seni bisa menjadi media alternatif yang evektif bagi
manusia dalam pendekatan spiritualnya kepada tuhan yang maha esa Allah SWT.
Catatan : tulisan ini adalah
(tugas tambahan) revisi artikel mata kuliah Psikologi Seni Pendidikan Seni Rupa Universitas
Pendidikan Ganesha
- sumber tulisan di kutip dari sebuah artikel di http://rupasenirupa.blogspot.com/
- sumber tulisan di kutip dari sebuah artikel di http://rupasenirupa.blogspot.com/
Judul:
PENELITIAN
SENI RUPA
Oleh Jajang Suryana (dosen seni rupa Universitas Pendidikan Ganesha)
pada: Monday, 2 January 2012
pada: Monday, 2 January 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar