Senin, 01 September 2014

tugas 1 intermedia



INTERMEDIA
Oleh: HERMAN SUSANTO






Intermedia adalah suatu cabang seni rupa yang lebih dikenal sebagai media baru di Isndonesia. Media baru, secara arti kata media berarti bahan atau alat yang digunakan dalam berkarya. Baru berarti sesuatu hal yang tak biasa dan beda. Artinya, media baru merupakan suatu cabang seni rupa yang menggunakan alat dan bahan yang tak biasa dan beda(baru). Secara umum media baru dipahami sebagai media online, internet, atau perangkat terkini untuk sarana komunikasi dan penyebarluasan informasi. Namun pengertian media baru yang sebenarnya masih menjadi perbincangan dan bisa berubah setiap saat. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan seni media baru adalah perkembangan seni rupa, namun ini bisa saja menjadi salah karena faktanya media baru bukanlah seni rupa meskipun ia adalah seni yang lahir dari perkembangan budaya ‘visual’ dari teknologi informasi (TI) dan media (TM) dimana elemen interaktifitas, virtualitas dan imaterialitas juga penting. Seni media baru terbentuk dari persilangan (hibrida) pelbagai galur. Tidak bisa dimungkiri wacana seni rupa seperti seni konseptual dan gerakan interdisipliner Fluxus di tahun 1960-an sempat mewarnai perjalanan seni media baru – khususnya video generasi pertama. Tetapi kemudian ia meniti jalannya sendiri sejak galur teknologi digital memasuki sejarah perkembangannya. “Apanya yang baru?”, “Hanya berbeda media saja” adalah dua contoh kesangsian yang sering muncul dalam perbincangan media baru. Ini wajar dalam sebuah pergulatan perkembangan yang dinamis, keabsahannya selalu diuji. Namun perlu juga diingat bahwa teknologi media baru merupakan perkembangan dari teknologi medium yang sebelumnya. Semisal teknologi film merupakan perkembangan dari teknologi fotografi, atau perkembangan komputer dan lain sebagainya. Pada tataran konseptual dan filosofis tentu saja kita masih bisa menarik garis lurus kesamaan antara sebuah bidang lukisan dengan layar komputer, dalam pengertian bahwa keduanya bisa menghasilkan ‘ruang maya yang lain’: Sebuah ‘dunia’ tiga dimensional lain yang dibatasai oleh suatu bidang dan hadir dalam situasi ruang sehari-hari. Dalam tataran itu, perbedaan antara seni media dan seni media baru memang menjadi tidak terlalu penting untuk dipersoalkan.

Dalam karya tulis ini saya ingin berbicara tentang media baru dalam khidupan senirupa. Media baru yang secara umum identic dengan teknologi seperti internet. Dalam seni rupa hal itu juga berlaku misalnya dalam salah satu cabang seni rupa DKV. Pemanfaatan teknologi dalam menghasilkan seni rupa turut mewarnai defininisi media baru yang sedang berkembang. DKV (desain komunikasi visual) menempatkan seni sebagai keunikan sekaligus kekuatan khas yang dapat mendatangkan nilai-nilai pengalaman tersendiri (misalnya: unik, nyaman, mengejutkan dan sebagainya) bagi khalayak dan penikmatnya. Ia hadir dalam satu paket layanan fungsional komunikasi, untuk produk maupun jasa. Melukis pada umumnya dilakukan di kanvas menggunakan cat dan kuas. Namun dengan DKV, melukis sudah bisa dilakukan tanpa alat dan bahan yang dikatakan tadi. Hal ini yang disebut media baru dalam senirupa. Menghadirkan suatu jalan lain atau media lain untuk menghasilkan karya seni rupa.





Melukis cahaya menggunakan kamera canon 600D


Melukis binatang sederhana menggunakan aplikasi 3Dmax



Media baru dalam seni rupa tidak hanya sebatas bermain-main dengan tenologi karya-karya tiga dimensi juga kerap mewarnai perkembangan media baru seni rupa. Penggunaan media yang tak biasa dalam suatu karya juga bisa dikatakan sebagai media baru, karena sejatinya media baru berdefinisikan sebagai pembaharuan atau penggunaan bahan dan alat yang tak biasa gunakan dalam berkarya. 


foto kamera canon 600D di pameran personalitas dalam komunitas (seni rupa perupa asal tabanan)
foto diatas terlihat sebuah karya patung yang dibuat dari behas-bekas gelas minuman teh kemasan.

Saat ini media baru sangat diminati  oleh seniman dan para penikmat seni. Hal ini juga akan menimbulkan kritikan dari berbagai kalangan (kritik seni).Walaupun dalam hal-hal tertentu terdapat perbedaan pendapat di kalangan para pakar, namun pada dasarnya ada kesatuan pandanagan bahwa dengan kritik seni bertujuan untuk mengevaluasi seni, apresiasi seni dan pengembangan seni ketahap lebih kreatif dan inovatif. Perannya memperkenalkan tokoh baru, saat lain memperkenalkan karakteristik seni baru. Kebangkitan seni rupa modern, misalnya suka dipisahkan dari aktivitas kritik seperti halnya media baru. Hal ini sama halnya dengan  konsepsi pluralisme interpretasi seni yang menjadi basis gerakan seni kontemporer.


Daftar pustaka

Tim Penulis Program Studi Desain Komunikasi Visual  FSR ISI Yogyakarta dan Studio Diskom. 2009. Irama Visual: Dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual. Jalasutra, Yogyakarta.

Sem C. Bangun. 2000. Kritik Seni Rupa. ITB: Bandung


http://www.thewindowofyogyakarta.com/mtjendela_dtl.php?par=MjM=&id=MTM5&orig=Y29udGVudC5waHA/a2F0PW10amU=
 


http://www.intermediamfa.org/wp/about-us/introduction-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar